Ada banyak
keutamaan ganjaran yang akan diterima oleh seorang muslimah di surga kelak.
Pertama, ia akan bersama suaminya yang akhlaknya paling selama di dunia. Kedua,
wanita solehah akan lebih cantik dari para bidadari di surga. Ketiga, tidak
akan merasakan siksaan walau sedikitpun. Keempat, akan kembali muda dan perawan
dan akan memiliki pendamping yang terbaik meski di dunia ia belum sempat
menikah.
Berikut adalah
dalil-dalil yang menyebutkannya.
Suatu saat Ummu
Habibah seperti diriwayatkan oleh Anas bin Malik bertanya kepada Rasulullah SAW
perihal nasib seorang istri yang pernah nikah lebih dari dua kali, lantaran
suami yang pertama telah meninggal dunia. Rasul pun menjawab, istri tersebut,
saat di surga, akan kembali kepada sang suami yang memiliki akhlak paling baik
selama hidup di dunia.
Riwayat lain
dari Ummu Salamah menegaskan ganjaran Muslimah di surga nanti bahwa para
Muslimah tersebut justru akan lebih cantik dari bidadari di surga. Seperti
nilai baju lapisan luar yang mentereng dibandingkan dengan baju lapisan
dalam.
Syekh Manshur
Arabi menegaskan hal yang sama. Kenikmatan dan kebahagiaan surga juga akan
dirasakan oleh Muslimah dan tidak terbatas pada laki-laki. Penegasan ini
seperti tertuang dalam surah an-Nisaa' ayat 124. “Barang siapa yang mengerjakan
amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman,
maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit
pun.”
Dan, para
Muslimah tersebut akan kembali muda dan perawan seperti ditegaskan oleh Rasul.
Muslimah yang bersuami akan kembali ke pangkuan suaminya, bila belum bersuami selama
di dunia, maka Allah akan memberikan pendamping yang terbaik kelak di akhirat.
“Tak ada yang membujang di akhirat,” sabda Rasul.
Penegasan yang
sama juga dikuatkan oleh Syekh Ibnu Utsaimin. Para penghuni surga memiliki hak
yang sama untuk merasakan nikmat, apa pun yang mereka inginkan. “Dan, di dalam
surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang)
mata dan kamu kekal di dalamnya." (QS az-Zukhruf [43]: 71).
Sekalipun nikmat
tersebut tetap harus berselaras dengan norma-norma syariat yang bersifat kekal.
Nikmat itu mesti pula sesuai dengan fitrah manusia yang suci dan hukum-hukum
Allah SWT. Meski dengan catatan bahwa takaran, sifat, dan pola nikmat tersebut
tidak bisa dibandingkan, antara kenikmatan duniawi dan surgawi.
Ini seperti
dinukilkan dari pernyataan Ibnu al-Qayim bahwa para ahli surga akan kebiasaan
yang buruk dan jorok seperti yang dilakukan selama di dunia. “Dan untuk mereka
di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS
al-Baqarah [2]: 25)
Dan, menikah
merupakan salah satu bentuk kenikmatan, maka hak tersebut bersifat tidak
terbatas yang akan dirasakan, baik oleh Muslim ataupun Muslimah. Muslimah yang
bersuami di dunia, akan dipertemukan kelak di akhirat, seperti penegasan surah
al-Mu'min ayat kedelapan di atas.
Bahkan, selama
suami saleh, istri tersebut kembali diperuntukkan bagi sang suami. Bila tidak,
Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bila belum mendapatkan jodoh di
dunia, Allah telah mempersiapkan pendamping terbaik di surga.
0 komentar:
Posting Komentar